Selasa, 24 Januari 2012

Takdir Allah Sebagai Sarana Berikhtiar

Salah satu tanda keimanan adalah rela akan ketentuan Allah swt. Tidak menentang keputusan-Nya. Itu tidak berarti kita bersikap pasif atau diam dalam menghadapi persoalan yang hinggap. Tidak berarti pula bahwa kala kita terserang wabah, kita tidak berbuat apa-apa sampai ajal menjemput.. Tidak demikian,tetapi berusaha nencari yang seharusnya dicari. Kita sakit maka kita pun berobat tanpa ada rasa kebencian kepada Allah yang tellah memberi penyakit tersebut. Mencari apa yang semestinya dicari dan menghindari segala hal yang harus dihindari merupakan merupakan wujud dari sikap ridha dengan ketentuan Allah sehingga dalam aktifitas kita ada dua upaya, yaitu mencari dan menghindari, kapan kita harus  mencari dan kapan kita harus menghindari sesuatu. Seperti halnya orang yang hendak menceburkan diri kedalam sumur dengan alasan bahwa kalau sudah waktunya mati,ia akan mati kalau tidak ,berarti ia akan hidup. ini adalah pemahaman yang keliru tentang takdir Allah. Atau seorang jahil yang ridha dengan kejahilannya seraya berkilah hal itu sebagai takdir Allah, tentu hal ini keliru dalam memahami pengertian takdir Allah. Seyogyanya,ia memang tidak menentang keputusan-Nya hanya saja ia harus mencari ilmubagi dirinya; menjadi hidup sehat,hidup dalam naungan Allah,melaksanakan perintah-Nya,dan menjahui larangan-Nya.
Di kisahkan bahwa pernah sayyidina Umar ra. kala hendak memasuki daerah syam dengan rombongannya mendengar berita, bahwa di suatu daerah syam sedang terjadi wabah penyakit ganas yang mematikan. Sebagaian rombongan tetap bersikeras untuk masuk dengan ber argumentasi bahwa, kita tidak boleh menghindar dari kematian,"Bila ajal memang telah dekat kita bakal mati bukan?," demikian ungkapan mereka sembari mengutip firman Allah (QS. Al-Baqoroh:243) yang artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka , sedang mereka beribu-ribu(jumlahnya)karena takut mati. Namun anggota rombongan lainnya tidak kalah tangkas menghadapi argumentasi mereka dengan mengemukakan firman Allah dalam surat(QS. Al-baqoroh:145) yang artinya: Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan. Singkat cerita, karena tidak ada titik temu antara dua kubu ini, mereka membawa permasalahan ini ke sayyidina Umar ra. Sayyidina Umar mengatakan , "Kita haruskenbali ,kita tidak masuk kesaerah yang sedang terkena wabah penyakit." Wahai amirul mukminin ,Apakah kita akan menghindar dari takdir Allah,sekalipun kita urung masuk namun bila sudah waktunya sakit kita akan mati? kata kbu penentang. Sayyidina Umar menjawab: Ya, kita menghindar dari takdir yang buruk menuju takdir yang baik. Kalau engkau mempunyai kambing ,lanjut Syyidina Umar, kemudian di sana ada dua lembah, yang satu tanahnya subur,dan satunya lagi kering dan tandus, maka kambingmu akan engkau letakkan dimana? kalau engkau letakkan kambing-kambing gembalaanmu di tempat yang subur,itu adalah takdir dan kalau engjau letakkan di tempat yang tandus itu juga takdir. Keesokan harinya syd.Umar pergi berkonsultasi ke abdurahman bin auf ihwal keputusannya mengurungkan memasuki daerah berwabah tersebut. jawab abdurrahman "keputusanmu sudah tepat sebab aku mendengar rosululloh saw bersabda: "Jika kalian mendengar sebuah wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian memasukinya. Dan jika kalian sudah ada di dalamnya maka kalian jangan keluar dari daerah tersebut(kuatir menjangkiti orang lain). Kisah tersebut diatas memberi pelajaran akan pentingnya sebuah usaha dalam kehidupan. Usaha atau ikhtiyar dukanlah bentuk sebuah penentangan terhadap takdir, justru usaha adalah jembatan yang menguatkan keyakinan akan takdir itu sendiri.
 Kerelaan terhadap takdir Allah bermuara kepada kemuliyaan seperti dilansir oleh Allah dalam firman-Nya "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada jalan tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,masuklah kedalam surga-Ku(QS.Al-Fajr:27-30) Allah juga berfirman dalam al-quran: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh,mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluk.Balasan mereka di sisi tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,mereka kekal di dalamnyaselama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun didha kepa-Nya.yang demikian itulah (balasan)bagi orang yang takut kepada Allah(QS.Al-Bayyinah.07-08) Ayat tersebut mengabarkan tentang posisi istimewa orang-orang beriman lagi beramal kebajikan,di mana Allah janjikan surga dengan segala fasilitas kenikmatan yang ada di dalamnya, jiwa-jiwa mereka di penuhi dengan kerelaan dan keridhoan tak pernah ada kata mengeluh dalam suka maupun duka, sehingga dengan demikian orang yang ridho kepada Allah tidak ada yang maksiat,melakukan hal-hal negatif,menghisap ganja,mengkomsumsi narkoba dll. Titik ousat kerelaan Allah ,kita harus ridha dengan ketentuannya. Bagaimana mungkin Allah ridha dengan hamba-Nya yang melumuri dirinya dengan dosa dan kenistaan, apalagi penuh dengan kesyirikan dan keraguan terhadap dzat-Nya. Dari sinilah, kita bisa mengukur diri kita apakah kita siap menerima ujian Allah atau sebaliknya?. Dalam hadist qudsi Allah berfirman :" Aku(Allah)telah mentakdirkan dan mengatur segala sesuatu, maka barang siapa rela(dengan takdir dan kerentua-Ku)ia akan memperoleh ridha-Ku hingga bertemu dengan-Ku, dan barang siapa tidak menerima nya, ia memperoleh murka-Ku sampai bertemu dengan-Ku" 
Berangkat dari hadist qudsi tersebut, bahwa aneka aktifitas kehidupan di dunia telah tertata dengan rapi dan baik, tinggal kita menjalankannya secara arif dan bijak. Kita lapar,ya kita makan, kita haus,ya kita minum. Tapi makan dan minum dari hasil yang halal bukan yang haram. Semuanya telah selesai di atur Allah dengan sebaik-baiknya.:"Kami telah menentukan antara mereka,penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,dan Kami telah meninggikan sebagian mereka aras sebagian yang lainbeberapa derajat,agar sebagian mereka dapat menggunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.(Qs. Az-Zukhruf:32)
Oleh karena itu, sekeras-kerasnya kita bekerja,banting tulang, peras keringat"pello koning."(mdr), toh semua sudah da takaran dan ukurannya, yang membuat kita kaya bukan pekerjaan yang kita lakoni, tapi Allah. Kita sakit kemudian berobat ,maka yang membuat kita sehat bukanlah obat tersebut,tapi Allah. Bekerja dengan baik sebagai manifestasi mencari rezeki Allah untuk memberi nafkah keluarga.
 Garis kehidupan telah kita lalui dengan lincah dan pandai. Bagian-bagian untuk kita sudah tersedia, tinggal kitalah yang harus cerdas dalam membingkai kehidupan agar kita mulia dunia sampai akhirat.
Rosululloh saw bersabda: Al-insaanu mukhoyyarun(manusia disuruh memilih)
                                                                                                                        Wassalam
Add caption

Tidak ada komentar:

Posting Komentar